Friday, 11 March 2016

Menulis itu Butuh Kemauan


            Seperti suasana pagi ini. Pagi yang penuh dengan inspirasi. Aku duduk di balik asrama yang dikelilingi areal lingkungan yang hijau dan asri. Mau tahu suasana tempat tinggalku? Begini gambarannya. Saat aku membuka jendela samping tampak terlihat bukit-bukit berjajar. Sawah membentang persis di depan asramaku ini. Celoteh aneka burung bersaut-sautan menyambut mentari yang mulai menampakkan wajahnya.  Beraneka jenis aves tersebut membentuk paduan suara yang elok nan merdu. Tak mau ketinggalan, para vokalis lain pun saling berunjuk gigi dengan suara merdunya masing-masing. Jangkrik dan keluarga belalang mendominasi dalam penampilannya sebagai vocalis kedua. Sesekali kodok pun masih ada beberapa yang ikut menampilkan suaranya.

            Malam tlah berlalu. kunang-kunang malam yang berkerlap-kerlip di sekitar asramaku ini pun sedang istirahat. Bergatian tugas. Jenis fauna nokturnal lain pun sudah tak ada lagi. Mereka yang bertugas shift malam sudah berpamitan untuk istirahat. Kini saatnya pasukan shift pagi, siang hingga sore yang giliran bertugas. Tak hanya itu saja. Saat aku membuka pintu depan asramaku langsung tampak gagah perkasa bukit yang menjulang tinggi itu. Areal perkebunan yang luas dan rindang masih kelihatan merunduk dan terdiam sunyi. Tetesan embun masih menempel di balik dedaunan yang siap untuk berfotosintesis pagi ini. Di depan asrama ini pula sekumpulan pisces bersungut alias “lele” tampak berlarian di empang kecil yang bersampingan dengan taman yang persis berada di depan asramaku ini. Sepertinya mereka pun sudah tahu kalau gelap telah berganti terang.

            Saat mebuka pintu belakang asramaku, tampak gemericik sungai kecil (selokan) mengalir. Walau arusnya kecil, tapi pasukan H2O tersebut secara istiqomah berjalan menuju areal persawahan yang ada di sebelah kanan asramaku. Sepertinya semua Xylem yang dimiliki tumbuhan-tumbuhan itu menyambut dengan baik kedatangan segerombolan H2O tersebut. Setelah mengaliri semua areal persawahan tersebut. Jika kita telusuri hingga paling ujung akan bermuara ke sungai besar. Di sungai itulah batas wilayah komplek sekolah. Kalau kita mendongak ke atas sebelah kiri tampak terlihat gedung sekolah yang berada di komplek bagian atas. Disitulah pusatnya pendidikan dilakukan. School of moslem leaders, itulah jargon sekolah tempatku bertugas saat ini. Selesai menulis yuk kita sarapan dulu, habis itu bersiap berangkat ke sekolah, hehe

            Kok gak nyambung yah, isi tulisan dengan judulnya???? Oke deh, tadi baru prolognya saja. Seperti mukadimah itu harusnya memang panjang kali lebar dulu, hehe. Seperti contoh tulisan di atas, soal menulis itu hanya butuh kemauan. Mungkin kalau bicara buat apa menulis? Bagaimana menulis yang renyah? Untuk apa kita menulis? Dan sekelumit 5W+1H tentang menulis tentu sudah banyak para ahli yang menyampaikan. Sudah banyak para tokoh dan penulis hebat menyampaikan wejangan dan quotes tentang pentingnya menulis. Setelah saya refleksi dan renungkan, ternyata menulis itu mudah dan kunci utamanya tergantung dengan kemauan. Bukan hanya menulis saja sih yang butuh kemauan, tapi semua hal yang kita inginkan itu butuh kemauan.

            Tapi inget, kemauan saja tak cukup. Harus dibarengi dengan tindakan dan usaha yang nyata. Kalau gagal gimana? Teruslah mencoba. Karena kegagalan adalah teman dan pengingat buat kita juga. Memang menulis ada gagalnya juga yahh?? Iya, ada. Kegagalan menulis adalah saat kita punya kemauan untuk menulis, tapi kita enggan untuk menulisnya? Banyak alasan, gak ada ide dan yang paling sering menjangkit adalah penyakit “M”. Oke deh, jika alasan kita lebih banyak negatifnya atau dominan yang kurang dalam diri kita, maka abaikan sejenak. Tapi kita fokuslah dengan usaha dan jerih payah kita. Fokuslah pada usaha dan kemauan kita. Fokuslah pada ikhtiar dan ketekunan kita. Fokuslah pada istiqomah, walau sebaris dua baris. Yang penting konsisten. Walau perlahan, tapi terus berjalan. Kalau kata pepatah Jawa, “alon-alon asal klakon...”. yang jelas hal tersebut bukan berlaku pada masalah menulis saja, tapi berlaku di banyak hal dan situasi.

            Karena kunci pertama untuk menulis adalah kemauan. Keduanya apa? Kedua, ketiga dan seterusnya adalah menulis, menulis, menulis dan menulis hingga berujung pada titik (.). Selamat mencoba....!!! sampai jumpa di tulisan selanjutnya. Atau boleh juga baca-baca tips menulis lainnya di blog ini. karena sebuah tulisan itu lahir dari rahim membaca, melihat, mengamati, diskusi dan semua tindakan yang kita lakukan bisa menjadi sumber tulisan. Sumber ide itu ada dimana-mana. Gak usah jauh-jauh. Mulai dari diri kita, mulai dari hal yang kecil, mulai dari yang paling mudah dan mulai sekarang juga. Oke....!!! Semangat terus, terus semangat...!!!

“Membaca buku membuat diri saya tersesat.
Menulis adalah alasan untuk menemukan jalan pulang”
(Nulisbuku.com)


Kota Hujan, 12 Maret 2016


0 comments: