Seperti suasana pagi ini. Pagi yang
penuh dengan inspirasi. Aku duduk di balik asrama yang dikelilingi areal
lingkungan yang hijau dan asri. Mau tahu suasana tempat tinggalku? Begini gambarannya.
Saat aku membuka jendela samping tampak terlihat bukit-bukit berjajar. Sawah membentang
persis di depan asramaku ini. Celoteh aneka burung bersaut-sautan menyambut
mentari yang mulai menampakkan wajahnya. Beraneka jenis aves tersebut membentuk paduan
suara yang elok nan merdu. Tak mau ketinggalan, para vokalis lain pun saling
berunjuk gigi dengan suara merdunya masing-masing. Jangkrik dan keluarga
belalang mendominasi dalam penampilannya sebagai vocalis kedua. Sesekali kodok
pun masih ada beberapa yang ikut menampilkan suaranya.
Malam tlah berlalu. kunang-kunang
malam yang berkerlap-kerlip di sekitar asramaku ini pun sedang istirahat. Bergatian
tugas. Jenis fauna nokturnal lain pun sudah tak ada lagi. Mereka yang bertugas
shift malam sudah berpamitan untuk istirahat. Kini saatnya pasukan shift pagi,
siang hingga sore yang giliran bertugas. Tak hanya itu saja. Saat aku membuka
pintu depan asramaku langsung tampak gagah perkasa bukit yang menjulang tinggi
itu. Areal perkebunan yang luas dan rindang masih kelihatan merunduk dan
terdiam sunyi. Tetesan embun masih menempel di balik dedaunan yang siap untuk
berfotosintesis pagi ini. Di depan asrama ini pula sekumpulan pisces bersungut
alias “lele” tampak berlarian di empang kecil yang bersampingan dengan taman
yang persis berada di depan asramaku ini. Sepertinya mereka pun sudah tahu
kalau gelap telah berganti terang.
Saat mebuka pintu belakang asramaku,
tampak gemericik sungai kecil (selokan) mengalir. Walau arusnya kecil, tapi
pasukan H2O tersebut secara istiqomah berjalan menuju areal
persawahan yang ada di sebelah kanan asramaku. Sepertinya semua Xylem yang
dimiliki tumbuhan-tumbuhan itu menyambut dengan baik kedatangan segerombolan H2O
tersebut. Setelah mengaliri semua areal persawahan tersebut. Jika kita telusuri
hingga paling ujung akan bermuara ke sungai besar. Di sungai itulah batas
wilayah komplek sekolah. Kalau kita mendongak ke atas sebelah kiri tampak terlihat
gedung sekolah yang berada di komplek bagian atas. Disitulah pusatnya
pendidikan dilakukan. School of moslem leaders, itulah jargon sekolah tempatku
bertugas saat ini. Selesai menulis yuk kita sarapan dulu, habis itu bersiap
berangkat ke sekolah, hehe
Kok gak nyambung yah, isi tulisan
dengan judulnya???? Oke deh, tadi baru prolognya saja. Seperti mukadimah itu
harusnya memang panjang kali lebar dulu, hehe. Seperti contoh tulisan di atas,
soal menulis itu hanya butuh kemauan. Mungkin kalau bicara buat apa menulis? Bagaimana
menulis yang renyah? Untuk apa kita menulis? Dan sekelumit 5W+1H tentang
menulis tentu sudah banyak para ahli yang menyampaikan. Sudah banyak para tokoh
dan penulis hebat menyampaikan wejangan dan quotes tentang pentingnya menulis. Setelah
saya refleksi dan renungkan, ternyata menulis itu mudah dan kunci utamanya
tergantung dengan kemauan. Bukan hanya menulis saja sih yang butuh kemauan,
tapi semua hal yang kita inginkan itu butuh kemauan.
Tapi inget, kemauan saja tak cukup. Harus
dibarengi dengan tindakan dan usaha yang nyata. Kalau gagal gimana? Teruslah mencoba.
Karena kegagalan adalah teman dan pengingat buat kita juga. Memang menulis ada
gagalnya juga yahh?? Iya, ada. Kegagalan menulis adalah saat kita punya kemauan
untuk menulis, tapi kita enggan untuk menulisnya? Banyak alasan, gak ada ide
dan yang paling sering menjangkit adalah penyakit “M”. Oke deh, jika alasan
kita lebih banyak negatifnya atau dominan yang kurang dalam diri kita, maka
abaikan sejenak. Tapi kita fokuslah dengan usaha dan jerih payah kita. Fokuslah
pada usaha dan kemauan kita. Fokuslah pada ikhtiar dan ketekunan kita. Fokuslah
pada istiqomah, walau sebaris dua baris. Yang penting konsisten. Walau perlahan,
tapi terus berjalan. Kalau kata pepatah Jawa, “alon-alon asal klakon...”. yang jelas hal tersebut bukan berlaku
pada masalah menulis saja, tapi berlaku di banyak hal dan situasi.
Karena kunci pertama untuk menulis
adalah kemauan. Keduanya apa? Kedua, ketiga dan seterusnya adalah menulis,
menulis, menulis dan menulis hingga berujung pada titik (.). Selamat mencoba....!!!
sampai jumpa di tulisan selanjutnya. Atau boleh juga baca-baca tips menulis
lainnya di blog ini. karena sebuah tulisan itu lahir dari rahim membaca,
melihat, mengamati, diskusi dan semua tindakan yang kita lakukan bisa menjadi
sumber tulisan. Sumber ide itu ada dimana-mana. Gak usah jauh-jauh. Mulai dari
diri kita, mulai dari hal yang kecil, mulai dari yang paling mudah dan mulai
sekarang juga. Oke....!!! Semangat terus, terus semangat...!!!
“Membaca
buku membuat diri saya tersesat.
Menulis
adalah alasan untuk menemukan jalan pulang”
(Nulisbuku.com)
Kota Hujan, 12
Maret 2016
0 comments:
Post a Comment