Ringan,
tapi beratnya bisa berton-ton. Istiqomah memang sederhana, simple. Ya, yang
susah itu menjaganya. Padahal kekonsistenan itu bisa mengalahkan
ketidakmungkinan. Rutin itu hanya butuh telaten, tekun dan meluangkan waktu
sejenak. Menyempatkan waktu butuh pemaksaan. Ya, sekali lagi hanya butuh
"waktu sejenak", walau hanya 1 detik, 1 menit, 10 menit, 1 kali, 3
kali. Ya, hanya sedikit yg penting rutin. Istiqomah. Sama halnya seperti sebuah
tanda seru (!), ^,^ 1 sms, 1 kata, sebait kalimat, sepatah pesan atau secarik
ekspresi. Ada makna besar yang terkandung di dalamnya. Karena di atas langit
masih ada langit, di bawah bumi masih ada bumi dan di dalam cahaya masih ada
cahaya. Berat sama dijinjing, ringan sama dipikul. Keduanya berbeda.
Apa yang membedakan orang sukses
dengan orang gagal? Orang yang berhasil dengan yang kurang beruntung? Padahal
sama-sama diberi waktu yang sama. Bahkan semua manusia di dunia ini diberi
waktu yang sama dalam sehari 24 jam. Lantas, apa yang menjadikannya berbeda?
Sama halnya dengan siswa dalam sebuah kelas. Katakanlah satu kelas ada 35 orang
siswa. Satu atap, satu kelas, satu perjuangan dalam menuntut ilmu. Guru yang
mengajar dan mendidik pun sama. Proses pembelajaran yang dilakukan pun sama. Metode
yang dilakukan guru dalam satu kelas itu pun sama. Tapi kenapa hasil
pembelajaran yang didapat masing-masing anak berbeda?
Pertama adalah semua anak memiliki
potensi yang unik. Mereka punya bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Selain
itu yang kedua adalah kemauan dan keuletannya dalam berjuang mencari ilmu.
Ketiga, potensi dan kemauannya itu teratur dengan baik dalam mengelola
waktunya. Ya, dibalik semua itu ada manajemen waktu yang menjadi pembeda dari
semua orang. Kondisi ini tidak hanya berlaku bagi siswa saja, tapi berlaku bagi
semua orang. Karena kita diberi waktu yang sama, yang menjadikan berbeda dan
membuatnya sukses meraih keberhasilan adalah kemampuan manajemen waktunya. Keempat,
yang tak kalah pentingnya adalah istiqomah. Konsisten. Kontinuitas. Melakukan hal
tersebut secara tetap, itulah istiqomah. Walau sedikit, walau sebentar tapi
rutin dilakukan setiap hari.
Meski
melakukan hal kecil, tapi rutin terus menerus itu lebih baik daripada melakukan
hal besar tapi hanya sekali saja. Istiqomah itu sekilas tampak sepele dan
ringan diucapkan, tapi dalam pelaksanaannya terkadang beratnya bisa berton-ton.
Kemalasan terkadang datang menghampiri, itulah musuhnya istiqomah. Tak ada
jalan lain, selain menghadapinya. Kunci utamanya adalah kemauan yang kuat. Kalau
ingin pintar, milikilah kemauan belajar yang tinggi pula. Mau usahanya sukses,
maka kemauan dalam berusahanya harus ditingkatkan. Mau mendapatkan juara dalam
perlombaan tertentu, maka kemauan untuk terus berlatih pun harus terus diasah. Kemauan
yang kuat saja tak cukup, tapi ikatlah dengan istiqomah untuk melanggengkan
secara rutin terus menerus sesuatu itu. Seperti halnya membaca buku, membaca
Al-Qur’an, menghafalnya, membacanya dengan one day one juz dan amalan keseharian
lainnya perlu istiqomah agar terus berjalan. Walau sedikit tak masalah, yang
penting tetap dilakukan meski kondisi tubuh kita lelah.
Kota Hujan, 22
Maret 2016
0 comments:
Post a Comment