koleksi foto pribadi: Maluku Utara |
Hari demi
hari silih berganti. Bulan demi bulan terus mengalami pergantian. Bahkan menit demi menit, hingga detik demi
detik terus berputar tak pernah berbalik. Seiring rotasi waktu tersebut,
kesibukan demi kesibukan juga silih berdatangan dalam deretan antrian yang
panjang. Semakin banyak kesibukan, harusnya menjadikan kita semakin pandai
mengatur waktu. Bukan waktu yang mengatur kita. Bukan kesibukan yang membuat
kita lalai dan lupa dengan kewajiban utama kita kepada Sang Pencipta. Bagaimana
menyelesaikan kesibukan yang seabrek? Tugas terus menumpuk. Amanah yang semakin
bertambah. Jangan stress. Jangan galau dengan kesibukan. Jangan sedih tatkala
datang masalah. Hadapilah. Kelola kesibukan itu dengan manajemen.
Dalam
menghadapi kesibukan pekerjaan, amanah dalam organisasi atau padatnya aktivitas
yang kerap kali menghampiri tentu kita harus menghadapi dan menyelesaikannya.
Bukan mengeluh, apalagi bersedih. Itulah konsekuensi atas pilihan yang kita
ambil. Agar tetap stabil tentu kita harus punya strategi dalam mengatur semua
kesibukan yang ada dalam diri kita. Kita perlu manajemen. Kita perlu mengatur
schedule hidup kita. Kalau bukan kita sendiri, siapa lagi? Kalau tak diatur
akan amburadul. Kalau tak dikelola, akan berantakan. Karena semua hal butuh
pengelolaan dan pengaturan agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Agar hidup
kita stabil dalam menghadapi derasnya arus kesibukan, kita perlu manajemen yang
jitu. Kita perlu tiga manajemen ini agar tetap konsisten dengan stamina dan
spirit yang sama. Tiga manajemen tersebut adalah manajemen waktu, manajemen
diri dan manajemen hati. Ketiganya harus kita kelola secara bersamaan. Kenapa
harus dikelola? Agar hidup kita tertata. Tugas terselesaikan. Amanah
tertunaikan. Tanggung jawab kita terpenuhi. Berikut ini akan saya uraikan
singkat tentang ketiga manajemen tersebut.
1. Manajemen waktu
Kita semua
pasti tahu bahwa kita diberi waktu yang sama dalam sehari 24 jam. Dalam
perputaran waktu tersebut tiap orang berbeda-beda dalam menggunakan waktu
tersebut. Meski diberi waktu yang sama, keberhasilan tiap orang berbeda-beda.
Ini tergantung bagaimana orang tersebut memanage (mengelola) waktunya dengan
produktif. Dari 24 jam tersebut, coba kita hitung berapa waktu produktif kita?
Berapa waktu untuk bekerja? Berapa waktu untuk istirahat? Berapa waktu untuk
membaca? Berapa waktu untuk menyelesaikan amanah keseharian kita? Tentunya di
tengah-tengah padatnya kesibukan kita sehari-hari, kita sudah diwajibkan untuk
beribadah sholat 5 waktu. Itulah tipsnya membagi waktu kesibukan kita. Sesibuk
apapun, kelima waktu wajib ini jangan sampai ditinggalkan. Karena itulah bekal
kita. Masih ingat kan, bahwa sebaik-baik
bekal adalah takwa. Jadi atur waktu kita, kelola waktu kita dengan baik.
2. Manajemen diri
Diri kita
ibarat kendaraan, kita sendiri juga yang menjadi pengemudinya. Mau dibawa
kemana pun. Mau jalan ke mana pun. Mau bekerja dimana saja. Mau tinggal dimana
saja. Kita sendirilah pengemudinya. Mau ke jalan yang berliku, berkelok-kelok
atau lurus kita pula yang menentukan. Itulah diri kita. Ditengah-tengah
kesibukan sehari-hari, maka diri kita juga perlu dikelola. Manajemen diri. Baik
kaitannya mengelola sikap dan tindakan kita yang harus diperbaiki, ditingkatkan
kualitasnya. Apalagi saat berhadapan dengan orang lain, maka perilaku kita
menjadi cermin bagi orang lain. Keseharian kita saat berinteraksi dengan orang
lain, akan menentukan keakraban dan keutuhan pertemanan. Belum lagi saat kita
menerima sebuah amanah dalam sebuah instansi atau organisasi. Tentu manajemen
diri, mengelola diri dan team juga sangat diperlukan. Manajemen diri itu
penting dan saling berkait dengan manajemen waktu. Ibarat sekeping koin, sisi
depannya manajemen waktu dan sisi belakangnya lagi adalah manajemen diri.
3. Manajemen hati
Mengelola
diri sendiri tak lepas juga dengan mengelola hati. Kenapa hati juga harus
dikelola? Hati kaitannya dengan nurani dan mata bathin kita. Kepedulian, jiwa
sosial, empati dan sikap-sikap lainnya yang dimunculkan oleh hati kita. Karena
katanya hati itu pusatnya rasa yang kita miliki. Tak hanya itu. Hati itu bukan
hanya menjadi organ detoksifikasi, atau pun bagian dari sistem ekskresi kita.
Jauh lebih dari fungsi biologis itu. Hati menjadi penentu bagi organ tubuh
lainnya. Ingatlah bahwa ada segumpal
daging dalam tubuh kita, jika segumpal daging itu baik, maka baik pula seluruh
tubuh itu. Sebaliknya, jika segumpal daging itu buruk, maka buruk pula seluruh
tubuh itu. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati. Itulah hati.
Perannya sangat penting dalam diri kita. Oleh karenanya harus dikelola,
manajemen hati. Yaa muqollibal qulub, tsabbit qolbii ‘alaa diinik.
Kota Hujan,
17 Maret 2016
0 comments:
Post a Comment